Ketika Pesta Meriah Berubah Jadi Sunyi
Bayangkan Anda menggelar sebuah pesta ulang tahun mewah. Undangan sudah disebar ke ratusan orang, makanan lezat sudah tersaji melimpah di meja prasmanan, dan musik sudah diputar kencang. Namun, hingga acara dimulai, tamu yang datang hanya segelintir orang. Makanan menumpuk sisa, dan suasana menjadi canggung.
Dalam pasar modal, situasi canggung seperti ini disebut dengan istilah Undersubscribed. Kita sering mendengar berita tentang saham IPO yang “laris manis” diperebutkan investor (oversubscribed), tapi jarang ada yang membahas sisi gelap ketika saham tersebut justru tidak laku. Padahal, memahami kondisi ini adalah kunci utama untuk menghindari Risiko Saham IPO yang bisa membuat portofolio Anda merah membara di hari pertama.
Risiko Saham IPO yang Sering Dilupakan Investor
Banyak investor pemula terjebak dalam pemikiran Survivorship Bias. Mereka hanya melihat saham-saham IPO yang sukses terbang tinggi (ARA) dan mengira semua saham baru pasti menguntungkan. Faktanya, tidak sedikit saham IPO yang sepi peminat dan berakhir tragis di papan perdagangan. Memahami tanda-tanda saham yang kurang diminati bukan hanya soal menghindari kerugian, tapi soal menyelamatkan modal Anda dari jebakan likuiditas.
Apa Itu Undersubscribed dalam Dunia IPO?
Secara definisi sederhana, Undersubscribed (kurang pesanan) adalah kondisi di mana jumlah permintaan saham dari investor lebih sedikit dibandingkan jumlah total saham yang ditawarkan oleh perusahaan saat Initial Public Offering (IPO).
Contoh kasus:
PT Maju Terus Tbk menawarkan 10 juta lot saham ke publik. Namun, setelah masa penawaran (offering) ditutup, total pesanan yang masuk dari seluruh investor (ritel dan institusi) hanya mencapai 8 juta lot.
Artinya, ada sisa 2 juta lot saham yang “tidak laku” terjual ke publik. Inilah yang disebut undersubscribed.
Mengapa Sebuah Saham Bisa Kurang Peminat?
Kenapa investor yang biasanya haus cuan tiba-tiba kompak memboikot saham tertentu? Biasanya ada tiga alasan utama:
Valuasi yang Tidak Masuk Akal (Mahal)
Investor zaman sekarang sudah pintar. Jika sebuah perusahaan kecil dengan laba pas-pasan berani menjual sahamnya dengan Price to Earning Ratio (PER) di atas 100 kali, pasar akan bereaksi dingin. “Barang biasa, harga premium” adalah resep utama kegagalan IPO.
Fundamental dan Prospek Bisnis Meragukan
Perusahaan yang memiliki utang menggunung, selalu merugi, atau berada di sektor industri yang sedang senja (sunset industry), akan kesulitan menarik minat investor. Apalagi jika dana hasil IPO rencananya hanya dipakai untuk membayar utang ke pemilik lama, bukan untuk ekspansi.
Mekanisme Penyelamatan: Peran Sang Penjamin Emisi
Lantas, jika sahamnya tidak laku, apakah IPO-nya batal? Belum tentu. Di sinilah peran krusial dari Underwriter atau Penjamin Emisi Efek. Nasib sisa saham yang tidak terbeli publik tergantung pada jenis kontrak kesanggupan yang ditandatangani di awal.
Jenis Kesanggupan Penjaminan (Underwriting)
Dalam prospektus, Anda wajib mengecek bab tentang Penjaminan Emisi. Ada dua jenis utama:
Full Commitment (Kesanggupan Penuh)
Ini adalah skema yang paling umum di Indonesia. Jika terjadi undersubscribed, maka Underwriter WAJIB memborong sisa saham yang tidak laku tersebut dengan uang mereka sendiri.
Dalam contoh PT Maju Terus tadi, sisa 2 juta lot yang tidak laku harus dibeli oleh sekuritas penjamin. Kabar baiknya: Perusahaan tetap dapat dana penuh. Kabar buruknya: Sekuritas punya “barang dagangan” menumpuk yang harus mereka jual suatu saat nanti.
Best Effort (Kesanggupan Terbaik)
Dalam skema ini, Underwriter hanya berusaha menjual sebisanya. Jika tidak laku, sisa saham dikembalikan ke perusahaan dan dianggap tidak terjual. Skema ini jarang dipakai untuk IPO besar karena berisiko membuat target dana perusahaan tidak tercapai.
Risiko Saham IPO Undersubscribed Bagi Investor Ritel
Inilah bagian paling menakutkan yang harus Anda waspadai. Jika sebuah saham berstatus undersubscribed, Risiko Saham IPO meningkat berkali-kali lipat bagi Anda yang sudah terlanjur memesan.
1. Penjatahan 100% (Full Allotment) Adalah Sinyal Bahaya
Jika Anda memesan saham IPO dan mendapatkan notifikasi bahwa pesanan Anda dipenuhi 100% (Anda pesan 1.000 lot, dapat 1.000 lot), jangan buru-buru senang.
Pada saham yang bagus (oversubscribed), pesanan Anda biasanya akan dipotong (dijatah) karena rebutan. Jika Anda dapat full, artinya tidak ada yang mau beli saham itu selain Anda. Anda sedang memegang barang yang tidak diinginkan pasar.
2. Tekanan Jual Masif di Hari Pertama Listing
Ingat sisa saham yang terpaksa dibeli oleh Underwriter karena Full Commitment? Saham itu menjadi beban bagi neraca keuangan sekuritas. Ada kemungkinan Underwriter akan mencoba “membuang” (menjual) saham tersebut ke pasar sekunder secepat mungkin untuk memutar modal mereka kembali.
Guyuran barang dari Underwriter ditambah kepanikan ritel yang kecewa bisa membuat harga saham anjlok hingga Auto Reject Bawah (ARB) berjilid-jilid sejak menit pertama.
3. Risiko Likuiditas Macet (Saham Tidur)
Risiko jangka panjangnya adalah saham tersebut menjadi tidak likuid. Karena sedikit investor yang berminat, volume transaksi harian menjadi sangat sepi. Anda mungkin punya sahamnya, tapi sulit menjualnya karena tidak ada pembeli (Bid kosong). Uang Anda berpotensi “nyangkut” bertahun-tahun di saham tidur (biasanya di harga Rp50).
Skenario Harga Saat Listing: Apakah Pasti ARB?
Tidak selalu, tapi kemungkinannya besar.
Kadang, Underwriter yang kuat modalnya akan melakukan stabilisasi harga (menjaga harga tidak turun di bawah harga IPO) di hari-hari awal untuk menjaga reputasi mereka. Namun, pertahanan ini biasanya ada batasnya. Jika tekanan jual pasar terlalu besar, bendungan akan jebol juga.
Cara Mendeteksi Potensi Undersubscribed Sejak Awal
Bagaimana agar tidak terjebak? Jadilah detektif sebelum membeli.
Memantau Euforia di Masa Bookbuilding
Di era media sosial, sentimen pasar bisa dibaca. Cek forum saham atau grup Telegram.
-
Jika semua orang pamer pesanan (Show off) -> Potensi Oversubscribed.
-
Jika sepi pembahasan atau banyak yang mencela prospektusnya -> Hati-hati Undersubscribed.
Selain itu, sistem e-IPO terkadang memberikan indikator status minat secara tidak langsung melalui pengumuman resmi sekuritas setelah masa penawaran selesai.
Strategi Darurat: Apa yang Harus Dilakukan Jika Terlanjur Pesan?
Jika Anda sudah memesan dan baru sadar bahwa saham tersebut sepi peminat:
-
Cek Masa Penawaran: Jika masih masa Bookbuilding, Anda bisa membatalkan atau menurunkan jumlah pesanan.
-
Siapkan Rencana Cut Loss: Jika sudah masa Offering dan tidak bisa batal, siapkan mental di hari pertama listing. Jika harga mulai turun menembus harga IPO, segera jual (Cut Loss). Jangan average down (beli lagi di bawah) pada saham yang fundamentalnya jelek dan sepi peminat. Menyelamatkan sisa modal lebih penting daripada berharap keajaiban.
Studi Kasus: Pelajaran dari Masa Lalu
Tanpa menyebut merek, sejarah Bursa Efek Indonesia mencatat beberapa emiten yang saat IPO sepi peminat (bahkan Underwriter harus menyerap porsi besar). Akibatnya, saat listing, harga sahamnya tidak bergerak naik sama sekali, malah perlahan turun dan “tidur panjang” di level harga terendah. Investor yang terjebak di sana kehilangan opportunity cost (biaya peluang) karena dananya mati tidak berkembang.
Kesimpulan: Jangan Membeli Kucing dalam Karung
Memahami konsep Undersubscribed dan Risiko Saham IPO adalah tameng perlindungan bagi investor ritel. Jangan pernah merasa takut ketinggalan (FOMO) pada saham yang promosinya gencar tapi datanya kosong.
Ingat aturan emas ini: Lebih baik ketinggalan kereta (tidak dapat saham bagus) daripada tertabrak kereta (nyangkut di saham jelek). Selalu baca prospektus, cek reputasi perusahaan, dan intip sentimen pasar sebelum menaruh uang jerih payah Anda.
Yuk simak penjelasan selanjutnya mengenai cara membaca indikator bandarmology di saham IPO!
FAQ: Pertanyaan Umum
1. Apakah saya bisa membatalkan pesanan jika tahu sahamnya undersubscribed?
Bisa, asalkan masih dalam periode Bookbuilding atau sebelum masa Offering ditutup. Jika sudah masuk masa penjatahan (allotment), pesanan tidak bisa dibatalkan.
2. Bagaimana cara tahu sebuah saham undersubscribed atau oversubscribed?
Secara resmi, data ini baru dirilis setelah masa penawaran selesai lewat siaran pers emiten atau data penjatahan di e-IPO. Namun, indikasi awal bisa dilihat dari sentimen pasar dan data pesanan di sekuritas (kadang bocor di forum).
3. Apakah saham undersubscribed pasti jelek?
Belum tentu perusahaannya jelek, tapi harganya yang mungkin tidak cocok (kemahalan) saat itu. Bisa jadi di masa depan harganya naik jika kinerja membaik, tapi risiko jangka pendeknya sangat tinggi.
4. Apa itu Clawback dalam konteks ini?
Jika oversubscribed, ada jatah institusi yang diambil untuk ritel (clawback). Tapi jika undersubscribed, tidak ada clawback, bahkan jatah ritel yang tidak laku akan diambil oleh Underwriter.
5. Mengapa sekuritas mau menjamin Full Commitment jika berisiko rugi?
Itu adalah risiko bisnis sekuritas untuk mendapatkan kontrak IPO dan biaya jasa (fee) underwriting yang besar. Mereka bertaruh bahwa mereka bisa menjual saham tersebut di kemudian hari atau mencari pembeli siaga (standby buyer).
Mari Berbagi Pengalaman
Apakah Anda pernah mengalami “mimpi buruk” mendapatkan penjatahan 100% alias full allotment? Bagaimana nasib saham tersebut di hari pertama listing?
Ceritakan pengalaman Anda di kolom komentar agar teman-teman investor lain bisa belajar dari pengalaman nyata. Jangan lupa bagikan artikel ini kepada komunitas saham Anda sebagai pengingat manajemen risiko!