Mengapa Rasio Saham Utama Sangat Penting?
Analisis rasio saham utama adalah fondasi dari investasi fundamental. Tanpa memahami ketiga rasio ini, Anda akan seperti pilot pesawat yang terbang tanpa melihat instrumen di kokpit Anda bisa beruntung, atau bisa jatuh.
Setiap rasio memberikan perspektif berbeda tentang kesehatan finansial dan valuasi sebuah perusahaan. Ketika digabungkan, mereka membentuk cerita lengkap tentang apakah saham tersebut layak dibeli, dijual, atau ditahan.
Perbedaan Ketiga Rasio Utama
| Rasio | Mengukur | Fokus | Baik Untuk |
|---|---|---|---|
| DPR | Dividen Payout Ratio | Kebijakan pembagian laba | Investor pencari dividen |
| PER | Price Earning Ratio | Valuasi relatif terhadap laba | Evaluasi harga saham |
| PBV | Price to Book Value | Valuasi relatif terhadap aset | Sektor kaya aset (perbankan, properti) |
Yuk simak penjelasan mendalam tentang masing-masing rasio dan bagaimana cara menggunakannya!
DPR (Dividend Payout Ratio): Mengerti Kebijakan Pembagian Laba
Dividend Payout Ratio atau DPR adalah persentase laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai. Rasio ini menunjukkan seberapa “murah hati” manajemen dalam memberikan kembali keuntungan kepada investor.
Rumus Menghitung DPR
Ada tiga cara untuk menghitung DPR saham yang memberikan hasil sama:
Cara 1: Membagi Total Dividen dengan Laba Bersih
DPR = (Total Dividen Dibayar / Laba Bersih) × 100%
Cara 2: Menggunakan Per Saham
DPR = (Dividen per Saham / Earnings per Share) × 100%
Cara 3: Menggunakan Retention Ratio
DPR = (1 - Retention Ratio) × 100%
di mana Retention Ratio = Laba Ditahan / Total Laba Bersih
Contoh Praktis Perhitungan DPR
Mari kita gunakan contoh PT Telkom Indonesia Tbk sebagai pembelajaran. Berdasarkan data tahun 2024:
-
Total Dividen yang dibayarkan: Rp17,68 triliun
-
Laba Bersih Perusahaan: Rp24,56 triliun
DPR = (Rp17,68 triliun / Rp24,56 triliun) × 100% = 72%
Artinya, PT Telkom membagikan 72% dari laba bersihnya kepada pemegang saham sebagai dividen, dan mempertahankan 28% untuk diinvestasikan kembali dalam bisnis (ekspansi, riset, atau pembayaran utang).
Interpretasi DPR: Apa Artinya?
DPR di bawah 40%
Perusahaan lebih fokus pada pertumbuhan. Sebagian besar laba ditahan untuk ekspansi bisnis. Cocok untuk investor pertumbuhan jangka panjang. Tapi, dividen yang diterima relatif kecil.
DPR antara 40-60%
Keseimbangan antara pertumbuhan dan pembagian dividen. Perusahaan yakin bisnisnya sudah matang dan menguntungkan, tetapi masih menyisakan dana untuk ekspansi. Ini adalah “sweet spot” untuk banyak investor.
DPR antara 60-80%
Perusahaan sangat percaya diri dengan arus kasnya dan membagikan porsi besar laba. Cocok untuk investor pencari pendapatan pasif. Namun, perlu hati-hati DPR yang terlalu tinggi bisa membatasi pertumbuhan di masa depan.
DPR di atas 80%
Perusahaan membagikan hampir semua labanya. Ini bisa menunjukkan dua hal: (1) bisnis sudah sangat matang dan tidak perlu reinvestasi banyak, atau (2) manajemen kurang optimis tentang peluang pertumbuhan. Saham-saham di sektor infrastruktur dan real estate sering memiliki DPR tinggi.
Data Terkini: DPR Saham Indonesia 2025
Berdasarkan data September 2025, beberapa saham dengan dividend payout ratio tinggi di Indonesia termasuk:
-
PTBA (PT Bukit Asam): Dividend Yield 14,39% dengan DPR stabil tinggi
-
ITMG (PT Indo Tambangraya Megah): Dividend Yield 12,60%
-
ASII (PT Astra International): Dividend Yield 10,50% dengan DPR moderat
-
BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia): Dividend Yield 9,70%
Saham-saham ini menarik bagi investor yang mencari pendapatan saham rutin.
PER (Price-Earning Ratio): Mengukur Valuasi Harga Saham
Price Earning Ratio atau PER adalah rasio yang paling populer dan sering digunakan oleh investor di seluruh dunia. PER menunjukkan berapa kali lipat investor bersedia membayar harga saham dibandingkan dengan laba per saham yang dihasilkan perusahaan.
Rumus Menghitung PER
PER = Harga Pasar per Saham ÷ Earnings per Share (EPS)
atau bisa juga ditulis sebagai:
PER = Kapitalisasi Pasar ÷ Laba Bersih Total
Contoh Perhitungan PER
Bayangkan Anda sedang membandingkan dua saham perbankan:
Bank A:
-
Harga Saham: Rp10.000 per lembar
-
Earnings Per Share (EPS): Rp1.000
-
PER = Rp10.000 ÷ Rp1.000 = 10 kali
Bank B:
-
Harga Saham: Rp15.000 per lembar
-
Earnings Per Share (EPS): Rp1.000
-
PER = Rp15.000 ÷ Rp1.000 = 15 kali
Artinya, untuk setiap Rp1 laba Bank A, investor membayar Rp10. Untuk setiap Rp1 laba Bank B, investor membayar Rp15. Pertanyaannya: siapa yang memberikan nilai lebih baik?
Interpretasi PER: Mengukur Valuasi
PER Rendah (di bawah 10)
Saham terlihat murah relatif terhadap laba. Bisa menunjukkan saham undervalued (belum dihargai pasar dengan tepat), atau bisa juga berarti pasar tidak percaya prospek pertumbuhan perusahaan. Perlu investigasi lebih lanjut untuk memastikan tidak ada masalah fundamental.
PER Wajar (10-15)
Dianggap valuasi wajar untuk perusahaan matang di industri yang stabil. Ini adalah range ideal bagi banyak investor value investing.
PER Tinggi (15-25)
Pasar sangat optimis tentang pertumbuhan laba perusahaan di masa depan. Atau bisa juga perusahaan sedang dalam fase growth dan memiliki prospek cemerlang. Saham teknologi atau startup sering memiliki PER tinggi.
PER Sangat Tinggi (di atas 25)
Valuasi sangat mahal. Ada dua kemungkinan: (1) pasar benar-benar percaya pada pertumbuhan eksponensial perusahaan, atau (2) saham sedang mengalami bubble dan akan segera jatuh. Hati-hati dengan saham PER sangat tinggi!
Data Pasar Indonesia: P/E Ratio Terkini
PER Rata-rata Indonesia (Oktober 2025): 14,93 kali
Data ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia secara umum dihargai pada level wajar. Jika Anda menemukan saham dengan PER di bawah 14,93, bisa jadi lebih murah dari rata-rata. Jika di atas rata-rata, bisa jadi lebih mahal.
Keterbatasan PER: Hal yang Perlu Diperhatikan
Meskipun populer, PER memiliki keterbatasan penting:
-
Tidak memperhitungkan utang: Dua perusahaan dengan PER sama bisa punya struktur keuangan sangat berbeda. Yang satu mungkin punya utang sedikit, yang lain utang banyak.
-
Sensitif terhadap siklus bisnis: Di tahun-tahun baik, laba tinggi sehingga PER terlihat rendah. Di tahun-tahun sulit, laba turun dan PER membengkak.
-
Tidak cocok untuk perusahaan rugi: Jika EPS negatif (perusahaan rugi), PER menjadi tidak bermakna atau bahkan tidak bisa dihitung.
Karena itu, PER sebaiknya dikombinasikan dengan rasio lain seperti PBV atau ROE untuk gambaran yang lebih lengkap.
PBV (Price to Book Value): Mengukur Valuasi Terhadap Aset
Price to Book Value atau PBV adalah rasio yang membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku per saham perusahaan. Nilai buku adalah aset bersih perusahaan (total aset dikurangi total liabilitas) dibagi dengan jumlah saham beredar.
Rumus Menghitung PBV
PBV = Harga Pasar per Saham ÷ Nilai Buku per Saham
di mana:
Nilai Buku per Saham = (Total Aset – Total Liabilitas) ÷ Jumlah Saham Beredar
Contoh Perhitungan PBV
Mari kita lihat contoh perusahaan properti:
PT Properti XYZ Tbk:
-
Total Aset: Rp10 triliun
-
Total Liabilitas: Rp2 triliun
-
Ekuitas (Aset – Liabilitas): Rp8 triliun
-
Jumlah Saham Beredar: 4 miliar lembar
Nilai Buku per Saham = Rp8 triliun ÷ 4 miliar = Rp2.000
Jika harga pasar saham saat ini adalah Rp3.000 per lembar, maka:
PBV = Rp3.000 ÷ Rp2.000 = 1,5 kali
Artinya, pasar mau membayar Rp3.000 untuk aset yang di neraca tercatat senilai Rp2.000. Pasar bersedia membayar 50% lebih mahal dari nilai bukunya.
Interpretasi PBV: Kapan Saham Murah atau Mahal?
PBV di bawah 1
Saham diperdagangkan lebih murah dari nilai bukunya. Secara teoritis, ini adalah peluang beli karena Anda mendapat aset seharga Rp2.000 dengan harga Rp1.500. Namun, harus berhati-hati — PBV rendah sering kali karena pasar tidak percaya dengan profitabilitas atau prospek perusahaan.
PBV = 1
Harga pasar sama dengan nilai buku. Dianggap valuasi wajar. Pasar tidak memberikan premium atau diskon khusus.
PBV antara 1-2
Dianggap valuasi normal untuk perusahaan sehat. Pasar percaya aset-aset perusahaan mampu menghasilkan laba yang baik, sehingga bersedia membayar premium.
PBV di atas 2
Saham diperdagangkan jauh lebih mahal dari nilai bukunya. Bisa berarti pasar sangat optimis, atau bisa juga saham sedang overvalued. Di sektor perbankan, PBV 2-3 masih dianggap wajar karena aset intangible (like reputasi, customer base) bernilai tinggi.
PBV di atas 3
Valuasi sangat mahal. Kecuali untuk perusahaan dengan ROE sangat tinggi dan pertumbuhan terjamin, PBV seternggi ini mencerminkan risiko overvaluation yang tinggi.
Mengapa PBV Penting untuk Sektor Tertentu?
PBV khususnya penting untuk:
-
Perbankan: Aset bank adalah utama (uang tunai, surat berharga, kredit). PBV perbankan Indonesia rata-rata 0,8-1,5, menunjukkan valuasi moderat.
-
Properti dan Real Estate: Aset sangat nyata (tanah, bangunan). PBV membantu menilai apakah harga properti yang dikuasai perusahaan sudah tercermin dalam harga saham.
-
Pertambangan: Aset mineral di bawah tanah bernilai tinggi. PBV bisa membantu menilai apakah sumber daya alam sudah dihargai dengan benar.
-
Manufaktur: Pabrik, mesin, inventori adalah aset penting. PBV membantu menilai efisiensi penggunaan aset.
Untuk sektor teknologi atau jasa, PBV kurang relevan karena aset fisik minimal — yang penting adalah talenta, brand, dan intellectual property.
Kombinasi Ketiga Rasio: Strategi Screening Saham Terbaik
Menggunakan hanya satu rasio saja seperti membedah pasien dengan satu alat medis. Hasil yang Anda dapatkan bisa menyesatkan. Kombinasi DPR, PER, dan PBV memberikan gambaran paling akurat tentang valuasi dan kualitas saham.
Strategi 1: Saham Value yang Menguntungkan
Cari saham dengan karakteristik:
-
PER rendah (di bawah rata-rata industri) — harga relatif murah
-
PBV moderat (0,8-1,5) — tidak ada bubble valuasi
-
DPR konsisten 40-60% — ada dividen, tapi masih tumbuh
-
ROE positif dan stabil — menguntungkan dan berkelanjutan
Saham seperti ini cocok untuk investor jangka panjang yang mencari kombinasi pertumbuhan dan dividen.
Strategi 2: Saham High Dividend untuk Pendapatan Pasif
Cari saham dengan karakteristik:
-
DPR tinggi 70-90% — memberikan dividen besar
-
Dividend Yield di atas 7% — imbal hasil dividen menarik
-
Stabilitas bisnis terjaga — industri matang, laba konsisten
-
PBV masih wajar — tidak overvalued
Saham seperti ini cocok untuk investor pencari passive income, terutama dari sektor infrastruktur, energi, atau telekomunikasi.
Strategi 3: Saham Growth dengan Prospek Panjang
Cari saham dengan karakteristik:
-
PER lebih tinggi dari rata-rata — pasar optimis tentang pertumbuhan
-
DPR rendah 20-40% — laba kebanyakan diinvestasikan untuk ekspansi
-
PBV moderat ke tinggi — pasar percaya pada prospek
-
Pertumbuhan revenue dan laba konsisten — bukan hanya janji kosong
Saham seperti ini cocok untuk investor muda dengan time horizon panjang yang ingin capital appreciation.
Contoh Praktis: Analisis Tiga Saham Berbeda
A: PT Telkom (TLKM)
-
PER: 11,2x (di bawah rata-rata)
-
PBV: 1,8x (wajar)
-
DPR: 72% (tinggi)
-
Profil: Value dengan dividen tinggi cocok untuk pendapatan stabil
B: PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
-
PER: 8,5x (sangat murah)
-
PBV: 0,9x (murah)
-
DPR: 60% (moderat)
-
Profil: Value murni peluang capital gain jika pasar harga kembali
C: PT Astra International (ASII)
-
PER: 12,5x (wajar)
-
PBV: 1,2x (wajar)
-
DPR: 45% (moderat)
-
Profil: Balanced pertumbuhan stabil dengan dividen konsisten
Poin-Poin Penting tentang Rasio Saham Utama
Berikut adalah 5-7 poin kunci yang harus Anda ingat tentang rasio valuasi saham:
-
DPR menunjukkan kebijakan manajemen: DPR tinggi cocok untuk pendapatan, DPR rendah cocok untuk pertumbuhan. Pilih sesuai tujuan investasi.
-
PER membandingkan harga dengan laba: PER rendah tidak selalu berarti murah bisa jadi ada masalah fundamental. Selalu bandingkan dengan industri.
-
PBV khususnya penting untuk sektor aset-heavy: Perbankan, properti, dan pertambangan gunakan PBV untuk screening. Teknologi gunakan PER lebih fokus.
-
Kombinasi adalah kunci: Jangan andalkan satu rasio saja. Gunakan ketiga rasio untuk analisis yang komprehensif.
-
Konteks industri sangat penting: PER, PBV, dan DPR yang wajar sangat tergantung pada industri. Bank berbeda dengan teknologi, yang berbeda dengan retail.
-
Tren lebih penting dari angka absolut: Lihat apakah rasio-rasio ini meningkat atau menurun dari waktu ke waktu. Tren memberi indikasi tentang arah perusahaan.
-
Kombinasi 20% PER dan 80% PBV terbukti akurat: Riset akademik menunjukkan kombinasi ini lebih akurat dalam menilai valuasi dibanding menggunakan satu rasio saja.
Cara Praktis Menggunakan Rasio dalam Screening Saham
Jika Anda ingin mulai screening saham sendiri, ikuti langkah-langkah berikut:
Langkah 1: Tentukan Tujuan Investasi Anda
Apakah Anda mencari:
-
Pendapatan tetap (dividen tinggi)?
-
Pertumbuhan kapital (saham murah yang akan naik)?
-
Balanced (kombinasi keduanya)?
Jawaban ini akan menentukan kriteria rasio apa yang Anda cari.
Langkah 2: Tentukan Range Rasio Target Anda
Pendapatan dividen:
-
DPR: 60-80%
-
PER: 10-15x
-
PBV: 0,8-1,5x
-
Dividend Yield: di atas 6%
Pertumbuhan:
-
DPR: 20-40%
-
PER: boleh lebih tinggi (15-25x)
-
PBV: bisa hingga 2-3x
-
Revenue growth: di atas 10% per tahun
Balanced:
-
DPR: 40-60%
-
PER: 10-15x
-
PBV: 1,0-2,0x
-
Dividend Yield: 3-6%
Langkah 3: Gunakan Platform untuk Screening
Platform seperti Ajaib, Stockbit, atau IDX Mobile sudah menyediakan fitur screening yang memudahkan Anda filter berdasarkan rasio-rasio ini. Cukup input kriteria, dan Anda akan mendapat daftar saham yang sesuai.
Langkah 4: Deep Dive untuk 3-5 Saham Terbaik
Dari hasil screening, pilih 3-5 saham teratas. Lalu, lakukan analisis lebih dalam:
-
Baca laporan keuangan terakhir
-
Lihat tren kinerja 3-5 tahun terakhir
-
Cek industri dan kompetisi
-
Baca kabar terbaru tentang perusahaan
Jangan terburu-buru membeli. Analisis yang teliti jauh lebih penting daripada speed.
Langkah 5: Monitor Secara Berkala
Setelah membeli, jangan tidur nyenyak begitu saja. Monitor kinerja perusahaan setiap kuartal:
-
Apakah PER tetap wajar atau mulai membengkak?
-
Apakah DPR stabil atau turun drastis?
-
Apakah pertumbuhan laba masih berlanjut?
Jika ada perubahan fundamental, pertimbangkan untuk exit atau hold tergantung situasi.
Pertanyaan Umum tentang Rasio Saham Utama
1. Apakah PER yang Rendah Selalu Berarti Saham Murah?
Jawaban: Tidak selalu. PER rendah bisa berarti dua hal: (1) saham benar-benar undervalued dan peluang beli, atau (2) pasar tidak percaya dengan prospek perusahaan karena ada masalah fundamental. Selalu bandingkan dengan kompetitor di industri yang sama dan lihat tren pertumbuhan laba. Jika laba tumbuh 10% per tahun tapi PER turun, itu bagus. Jika laba stagnan dan PER turun, hati-hati ada masalah.
2. Lebih Baik Memilih DPR Tinggi atau Rendah?
Jawaban: Tergantung pada tujuan investasi Anda. Jika Anda membutuhkan pendapatan rutin (passive income), pilih DPR tinggi 70-80%. Jika usia 40-50 tahun, pilih DPR moderat 40-60% untuk balanced antara pertumbuhan dan dividen. Tidak ada jawaban yang universal sesuaikan dengan situasi pribadi Anda.
3. Mengapa Sektor Perbankan Sering Punya PBV di atas 2?
Jawaban: Karena aset intangible bank sangat bernilai tinggi — reputasi, kepercayaan nasabah, lisensi, brand. Aset-aset ini tidak tercermin penuh di neraca. Ditambah, sektor perbankan highly regulated dan profitable, sehingga pasar bersedia membayar premium. Namun, jangan salah tafsir PBV tinggi bank juga bisa karena valuasi sudah terlalu panas. Selalu bandingkan dengan bank lain dan lihat historisnya.
4. Bisakah Saya Hanya Menggunakan Satu Rasio Saja?
Jawaban: Secara teknis bisa, tapi sangat tidak disarankan. Satu rasio saja memberikan perspektif terbatas. Contoh ekstrem: Saham dengan PER 5x (sangat murah) tapi PBV 0,5x (berarti aset bernilai tinggi tapi harga turun drastis). Ini bisa menandakan ada masalah serius. Jika Anda hanya lihat PER murah, Anda bisa jadi korban value trap. Gunakan minimal dua rasio, ideally ketiga-tiganya untuk analisis yang solid.
5. Bagaimana Jika DPR Perusahaan Naik Drastis dari 50% Menjadi 80%?
Jawaban: Bisa berarti dua hal: (1) perusahaan sedang harvesting profit karena bisnis sudah matang dan tidak perlu ekspansi besar, atau (2) manajemen pesimis tentang prospek pertumbuhan dan memilih memberikan uang kepada pemegang saham daripada reinvestasi. Investigasi lebih lanjut sangat penting. Lihat apakah ada ekspansi baru, R&D menurun, atau industri sedang lemah. Jangan asumsikan kenaikan DPR selalu positif — konteks adalah segalanya.
Kesimpulan: Tiga Rasio untuk Investasi Cerdas
Memahami DPR, PER, dan PBV adalah investasi terbaik yang bisa Anda lakukan sebelum melepaskan uang untuk membeli saham. Ketiga rasio ini adalah bahasa universal dari pasar modal — digunakan oleh investor profesional, fund manager, dan analyzer di seluruh dunia.
Kunci untuk menjadi investor sukses bukanlah selalu tahu mana saham yang akan naik (tidak ada yang bisa prediksi dengan pasti), tetapi memilih saham-saham berkualitas dengan valuasi wajar dan sabar menunggu hasil dalam jangka panjang.
Dengan menguasai ketiga rasio ini, Anda sudah selangkah lebih maju dari mayoritas investor pemula yang membeli saham hanya karena dengar-dengar atau lihat grafik naik. Anda akan membuat keputusan berbasis data dan logika, bukan emosi.
Mulai hari ini, praktikkan analisis ketiga rasio ini. Ambil 5 saham favorit Anda, hitung PER, PBV, dan DPR-nya, bandingkan dengan kompetitor, dan lihat apakah valuasinya wajar atau tidak. Setiap kali Anda melakukan latihan ini, skill analisis Anda akan semakin tajam.
Ingat: investasi saham adalah maraton, bukan sprint. Dengan pemahaman solid tentang valuasi dan rasio keuangan, Anda siap untuk perjalanan yang lebih menguntungkan dan menghindarkan trap-trap pemula.
Ajakan Interaksi dengan Pembaca
Sekarang giliran Anda! Kami ingin mendengar pengalaman dan pertanyaan Anda tentang rasio saham utama ini.
Bagikan di komentar:
-
Sudahkah Anda pernah menggunakan PER, PBV, atau DPR dalam memilih saham? Apa pengalaman Anda?
-
Saham mana yang ingin Anda analisis menggunakan ketiga rasio ini? Share nama dan ticker-nya!
-
Apakah ada aspek dari ketiga rasio ini yang masih membingungkan? Tanyakan di sini!
-
Bagaimana strategi screening saham Anda saat ini? Apakah Anda sudah mempertimbangkan kombinasi rasio?
Jangan lupa membagikan artikel ini kepada teman-teman investor atau keluarga yang sedang belajar tentang pasar saham. Semakin banyak investor yang paham valuasi, semakin efisien pasar modal kita, dan semakin baik untuk semua.
Terima kasih telah meluangkan waktu membaca! Semoga artikel ini membantu Anda membuat keputusan investasi yang lebih bijak ke depannya.